Matahariku Bukan Milikku
Jam kursus telah usai. Semua murid segera keluar
ruangan dan bergegas pulang. Beberapa ada yang tetap tinggal untuk menunggu
jemputan,dan ada juga yang masih ingin mengobrol dengan teman temannya.
Keno
biasa tidak langsung pulang kerumah. Dia akan berkumpul didepan parkiran sambil
mengobrol dengan teman temannya. Sekedar membahas masalah disekolah, pelajaran,
atau nasib ujian nasional mereka yang akan berlangsung dua bulan lagi.
Keno melirik kearah tempat duduk yang ada didepan
pintu masuk tempat kursus. Diantara mereka yang duduk disana ada seorang gadis
yang disukainya. Gadis berparas cantik, ayu, lembut, dan pendiam. Gadis yang
sudah disukainya sejak lama, sejak hari pertama kelas dimulai, pertemuan
pertama mereka.
Keno
dan gadis itu sama sama terlambat masuk kelas dan mereka juga tidak tahu tempat
kelasnya. Keno bertanya pada petugas, begitu juga gadis itu. Sebelum pergi
kekelas yang dituju, keno melirik gadis yang berdiri disampingnya. Gadis itu
sedang bertanya pada petugas, suaranya lembut, tutur katanya halus, wajahnya
cantik. Duh, cewek idaman banget.
Gadis
itu juga melirik Keno yang kedapatan memperhatikannya. Gadis itu tersenyum lalu
masuk kekelasnya. Entah, rasanya ada yang salah. Jantungnya tiba tiba terasa
berdebar lebih cepat dan membuat sesak. Senyuman itu manis sekali hingga terasa
seperti ada es krim coklat meleleh dan tepat jatuh kehatinya. Senyuman bidadari
yang seketika membuatnya melayang, terbang ke angkasa, tinggi, jauh
sekali. Sampai tiba tiba salah satu guru
menepuk pundaknya dari belakang. Menyadarkannya dari lamunan konyol itu,
membuatnya jatuh dan terhempas keras ke padang pasir yang tandus dan panas .
Rasanya sakit sekali, ya itulah yang namanya kenyataan.
Semenjak
itu Keno selalu suka memeperhatikan gadis cantik yang diketahuinya bernama Inka
itu dari temannya. Dia mencoba beberapa kali untuk menyapa Inka atau mungkin
mereka bisa mengobrol basa basi tentang apa saja. Tapi percuma, Keno selalu
tidak bisa, dia selalu gugup, konyol sekali rasanya kalau sampai dia berbicara
dengan terbata bata. Bisa saja Inka menganggapnya gagap dan jadi ilfeel
padanya.
Karena
itu, menatap wajah Inka dari jauh saja sudah cukup bagi Keno. Bisa melihat
senyum dan tawa kecilnya adalah hiburan paling menyenangkan bagi dirinya.
Pernah suatu saat Inka menghampiri Keno dan
menanyakan “sekarang jam berapa ya ? “. Inka memilih Keno karena dari kerumunan
murid hanya dia yang paling mencolok mengenakan jam tangan. Keno yang sadar
bahwa Inka baru saja berbicara padanya seketika menjadi kikuk. Wajahnya merona
merah dan gugup. Rasanya dia tidak sanggup mengeluarkan sepetah katapun, jadi
dia hanya menunjukkan jam tangannya langsung pada Inka sambil menatap wajah
gadis itu.
“Makasi
“ kata Inka sambil tersenyum manis. Walahh, rasanya kaya baru disenyumin
bidadari surga lagi. Melayang lagi ini. Keno benar benar kegirangan.
Tapi tetap saja namanya
dia cowok pengecut. Ngobrol sama Inka aja enggak berani apalagi nyatain
perasaannya ?. kayanya mesti latihan ekstra dulu ya ?. mana mungkin Inka mau
sama cowok kaya dia. Dan akhirnya hanya ada kata kata negatif yang berkumpul
dalam pikirannya hingga membuat nyalinya tambah ciut.
*
Hari
ini Inka ulang tahun. Keno tahu itu setelah mengumpulkan informasi sebanyak
banyaknya tentang Inka dari teman temannya maupun teman teman Inka. Dia tahu
tinggi dan berat badan Inka, warna, makanan,minuman kesukaannya, hingga nama
lengkap seluruh anggota keluarganya.
Yah,
begitulah rasanya kalau suka diam diam pada seseorang. Hanya bisa menatapnya
dari kejauhan dan mengumpulkan informasi tentang dirinya. Karena dengan hanya
begitu saja rasanya sudah sangat menyenangkan.
Keno
berencana untuk mencari kado pulang sekolah nanti dan memberikannya pada Inka
ditempat les nanti. Dia juga sudah bertekad untuk menyampaikan perasaannya.
Memendam itu sungguh tidak enak.
Sebenarnya
sekarang bukan waktunya untuk main cinta cintaan atau pacaran, karena Keno
harus fokus pada ujian nasionalnya yang sebentar lagi akan berlangsung. Tapi memendam
perasaan seperti ini hanya terasa seperti beban baginya. Jadi, dia harus berani
mengutarakannya langsung.
Tapi
sungguh disayangkan, pengumuman untuk kelas XII hari ini akan diadakan jam
pelajaran tambahan yang artinya mereka tidak bisa pulang seperti jam pulang
biasanya.
Keno gelisah karena tidak bisa datang ketempat
kursus. Padahal dia sudah memikirkan baik baik renacananya hari ini, dan tidak
ada penundaan untuk hari esok dan esoknya lagi.
Akhirnya
pelajaran tambahan selesai . Keno melirik jam tangannya, sudah jam 5. Jam pulang
untuk tempat kursusnya. Tapi biasanya Inka selalu paling telat dijemput
daripada murid lainnya. semoga saja dia masih ada disana.
Keno
segera mengambil sepedanya dan bergegas pergi meninggalkan teman temannya. Dia belum
membeli kado apapun untuk Inka sedangkan tempat yang menjual eksesoris dan
boneka berada jauh dari sekolah dan tempat kursusnya. Dia takut Inka akan lebih
dulu pulang.
Langit
terlihat mendung dan gelap. Keno melewati jalan pintas menuju tempat kursusnya.
Ia melewati perumahan perumahan yang terletak dibelakang sekolahnya.
Tiba tiba sesuatu menghentikan laju sepedanya. Sesuatu
yang cantik, sama seperti Inka.
Bungan
matahari itu tumbuh mekar disebuah pekarangan sebuah rumah. Memperindah halaman
yang sudah tertata rapi. Keno suka sekali melihat bunga itu. Cantik, elegan, persis
seperti Inka. Mereka sama sama telah mencuri hatinya.
Keno celingukan melihat
kesekelilingnya. Dan keadaan sepi aman terkendali.
Ia memetik bunga matahari yang paling besar dan
cantik yang kebetulan tumbuh kearah luar pagar sehingga ia tidak perlu
memetiknya dari dalam.
Sebelum ada yang tahu bahwa dirinya sudah mencuri
bunga itu, Keno segera mengayuh sepedanya. Terlalu bersemangat dengan bunga
matahari yang ada digenggamannya.
Tapi
tiba tiba hujan yang berawal hanya rintik rintik kecil berubah menjadi deras.
Keno basah kuyup, tapi dia tidak perduli. Jarak tempat kursus tidak jauh lagi. Dia
tidak akan membiarkan hujan menghalangi perasaannya. Perasaan yang harus dia
ungkapkan sekarang. Dan ucapan selamat ulang tahun yang sudah ia persiapkan.
Tak
berapa lama Keno sampai didepan pintu gerbang tempat kursus, ia tidak berani
langsung masuk kedalam. Ia menarik napas sejenak sebelum memutuskan untuk
masuk. Setelah merasa lebih baik dan tidak gugup lagi, Keno melangkahkan
kakinya menuju pintu gerbang.
Wajahnya
sumringah saat melihat Inka masih ada disana, tapi begitu juga dengan perasaan
sakit yang tiba tiba datang mengepung hatinya.
Inka
ada disana, ditempat duduk yang biasa dia duduki sambil menunggu jemputan. Tapi
disampingnya juga ada seorang cowok yang datang memberikan setangkai mawar
padanya. Mawar merah yang cantik, yang sudah dikemasnya sebaik mungkin.
Inka
terlihat sangat senang hingga tidak bisa menyembunyikan senyum manisnya yang
terus terpancar dari wajahnya. Mereka berdua berteduh dari derasnya hujan,
mengobrol dan tertawa. Inka merasa sangat kedinginan, ia tidak membawa jaket
karena tidak menduga akan turun hujan. Cowok itu segera menggenggam tangan
Inka, memberikan sedikit rasa hangatnya. Inka tersipu malu, wajahnya merona
merah. Dia terlihat sangat bahagia. Ya, bahagia sekali.
Keno
terpaku ditempatnya berdiri, membiarkan hujan mengguyur dirinya membawa segala
perasaan yang selama ini tertanam dalam hatinya.
Sesak, ada perasaan tak nyaman menggeluti dirinya.
Ada orang lain yang lebih dulu ada disamping mataharinya. Orang yang mungkin
lebih pantas untuknya dan orang yang tuntunya lebih punya keberanian untuk
menyatakan perasaannya daripada hanya cukup memendam saja.
Keno
benar benar merasa hancur. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Pemandangan itu
sungguh menyakitkan bagi dirinya. Ada orang lain yang telah membuat Inka merasa
bahagia walau hanya dengan perhatian perhatian kecil yang romantis, dan itu
bukan dirinya.
Keno
menatap bunga matahari yang ada ditangannya. Mengakatnya keatas dan
menyandingkannya dengan Inka yang sedang tertawa. Mereka sangat cantik. Tak ada
celah untuk tidak memujinya.
“Seharusnya
aku tahu, bunga mawar itu jauh lebih pantas untuk Inka dibandingkan kamu “ kata
Keno berbicara pada bunga matahari itu. Kelopaknya terlihat lebih cantik
terkena tetesan hujan. “tapi kalian sama sama cantik. Kamu enggak kalah cantik
kok dari bunga mawar itu. Karna kamu lebih cocok untuk Inka dibandingkan mawar
merah itu. Iya kan ? “. Keno kembali berbicara pada bunga matahari itu untuk
menghibur dirinya,ia kembali menatap Inka dan meletakkan bunga matahari itu
disamping bayangan Inka.
“Walaupun
dia milik orang lain, dia bakal tetap jadi matahariku” bisik Keno menatap dua
makhluk cantik itu.
Hujan
mereda. Cowok yang tadi bersama Inka lebih dulu pergi meninggalkannya. Inka masih
tetap disana, masih tersipu malu menatap mawar yang ada ditangannya, sedangkan
Keno masih belum beranjak dari tempatnya. Masih menemani Inka dari kejauhan
sampai jemputannya datang.
Keno
merelakan semua perasaanya yang sudah hancur. Sakit ini cukup ia pendam
sendiri, karena dari awal rasa suka itupun ia pendam sendiri. Tak ada lagi niat
untuk mengutarakan perasaannya pada Inka, perasaan ini cukup menjadi rahasianya
dengan Tuhan dan bunga matahari itu. Perasaan yang tidak pernah tersampaikan
dan perasaan yang tidak pernah terbalaskan. Sebuah cerita klasik bagi seseorang
yang hanya berani mengagumi dari kajauhan, memendam rasa diam diam, dan
dikalahkan oleh waktu yang memaksa dan tidak ingin menunggu.
Jemputan
Inka datang. Gadis itu melangkah kedalam mobil dengan perasaan riang. Senyum dari
bibirnya masih merekah indah disana. Keno ikut tersenyum melihat perasaan
bahagia itu, walaupun hatinya masih terasa sangat sakit. Tapi asalkan masih
bisa melihat senyum gadis itu apapun akan dia relakan, termasuk perasaannya
yang belum tersampaikan.
Hujan
sudah berhenti, matahari senja perlahan muncul dari pekatnya awan mendung yang
menyelimuti langit. Semburat warna jingga oranyenya benar benar indah melukis
langit sore.
Keno mengayuh sepedanya
perlahan melewati jalanan sepi menuju
rumahnya.
Bunga matahari itu masih digenggamannya. Masih
terlihat cantik walaupun sudah terbagi rasa sakit dan kecewa Keno.
Keno
menikmati suasana sore itu, membiarkan angin menerobos pertahanannya, membelai
rambut hitamnya, dan menyentuh lembut wajahnya. Melepaskan semua perasaan yang
selama ini belum ia sampaikan.
Bunga
matahari itu diangkat tinggi tinggi hingga menutupi matahari yang menyala
terang memberi kesejukan. Matahari yang sudah mencuri hatinya sekaligus memberi
sedikit luka sayatan pada harapannya.
“Matahariku
bukan milikku “ ucap Keno dan membiarkan kelopak matahari itu gugur dan terbang
tertiup angin.
bagus mbak :3
BalasHapus