Minggu, 04 Agustus 2013

Matahariku Bukan Milikku

Matahariku Bukan Milikku


Jam kursus telah usai. Semua murid segera keluar ruangan dan bergegas pulang. Beberapa ada yang tetap tinggal untuk menunggu jemputan,dan ada juga yang masih ingin mengobrol dengan teman temannya.
                Keno biasa tidak langsung pulang kerumah. Dia akan berkumpul didepan parkiran sambil mengobrol dengan teman temannya. Sekedar membahas masalah disekolah, pelajaran, atau nasib ujian nasional mereka yang akan berlangsung dua bulan lagi.
                Keno  melirik kearah tempat duduk yang ada didepan pintu masuk tempat kursus. Diantara mereka yang duduk disana ada seorang gadis yang disukainya. Gadis berparas cantik, ayu, lembut, dan pendiam. Gadis yang sudah disukainya sejak lama, sejak hari pertama kelas dimulai, pertemuan pertama mereka.
                Keno dan gadis itu sama sama terlambat masuk kelas dan mereka juga tidak tahu tempat kelasnya. Keno bertanya pada petugas, begitu juga gadis itu. Sebelum pergi kekelas yang dituju, keno melirik gadis yang berdiri disampingnya. Gadis itu sedang bertanya pada petugas, suaranya lembut, tutur katanya halus, wajahnya cantik. Duh, cewek idaman banget.
                Gadis itu juga melirik Keno yang kedapatan memperhatikannya. Gadis itu tersenyum lalu masuk kekelasnya. Entah, rasanya ada yang salah. Jantungnya tiba tiba terasa berdebar lebih cepat dan membuat sesak. Senyuman itu manis sekali hingga terasa seperti ada es krim coklat meleleh dan tepat jatuh kehatinya. Senyuman bidadari yang seketika membuatnya melayang, terbang ke angkasa, tinggi, jauh sekali.  Sampai tiba tiba salah satu guru menepuk pundaknya dari belakang. Menyadarkannya dari lamunan konyol itu, membuatnya jatuh dan terhempas keras ke padang pasir yang tandus dan panas . Rasanya sakit sekali, ya itulah yang namanya kenyataan.
                Semenjak itu Keno selalu suka memeperhatikan gadis cantik yang diketahuinya bernama Inka itu dari temannya. Dia mencoba beberapa kali untuk menyapa Inka atau mungkin mereka bisa mengobrol basa basi tentang apa saja. Tapi percuma, Keno selalu tidak bisa, dia selalu gugup, konyol sekali rasanya kalau sampai dia berbicara dengan terbata bata. Bisa saja Inka menganggapnya gagap dan jadi ilfeel padanya.
                Karena itu, menatap wajah Inka dari jauh saja sudah cukup bagi Keno. Bisa melihat senyum dan tawa kecilnya adalah hiburan paling menyenangkan bagi dirinya.
Pernah suatu saat Inka menghampiri Keno dan menanyakan “sekarang jam berapa ya ? “. Inka memilih Keno karena dari kerumunan murid hanya dia yang paling mencolok mengenakan jam tangan. Keno yang sadar bahwa Inka baru saja berbicara padanya seketika menjadi kikuk. Wajahnya merona merah dan gugup. Rasanya dia tidak sanggup mengeluarkan sepetah katapun, jadi dia hanya menunjukkan jam tangannya langsung pada Inka sambil menatap wajah gadis itu.
                “Makasi “ kata Inka sambil tersenyum manis. Walahh, rasanya kaya baru disenyumin bidadari surga lagi. Melayang lagi ini. Keno benar benar kegirangan.
Tapi tetap saja namanya dia cowok pengecut. Ngobrol sama Inka aja enggak berani apalagi nyatain perasaannya ?. kayanya mesti latihan ekstra dulu ya ?. mana mungkin Inka mau sama cowok kaya dia. Dan akhirnya hanya ada kata kata negatif yang berkumpul dalam pikirannya hingga membuat nyalinya tambah ciut.
                *
                Hari ini Inka ulang tahun. Keno tahu itu setelah mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya tentang Inka dari teman temannya maupun teman teman Inka. Dia tahu tinggi dan berat badan Inka, warna, makanan,minuman kesukaannya, hingga nama lengkap seluruh anggota keluarganya.
                Yah, begitulah rasanya kalau suka diam diam pada seseorang. Hanya bisa menatapnya dari kejauhan dan mengumpulkan informasi tentang dirinya. Karena dengan hanya begitu saja rasanya sudah sangat menyenangkan.
                Keno berencana untuk mencari kado pulang sekolah nanti dan memberikannya pada Inka ditempat les nanti. Dia juga sudah bertekad untuk menyampaikan perasaannya. Memendam itu sungguh tidak enak.
                Sebenarnya sekarang bukan waktunya untuk main cinta cintaan atau pacaran, karena Keno harus fokus pada ujian nasionalnya yang sebentar lagi akan berlangsung. Tapi memendam perasaan seperti ini hanya terasa seperti beban baginya. Jadi, dia harus berani mengutarakannya langsung.
                Tapi sungguh disayangkan, pengumuman untuk kelas XII hari ini akan diadakan jam pelajaran tambahan yang artinya mereka tidak bisa pulang seperti jam pulang biasanya.
Keno gelisah karena tidak bisa datang ketempat kursus. Padahal dia sudah memikirkan baik baik renacananya hari ini, dan tidak ada penundaan untuk hari esok dan esoknya lagi.
                Akhirnya pelajaran tambahan selesai . Keno melirik jam tangannya, sudah jam 5. Jam pulang untuk tempat kursusnya. Tapi biasanya Inka selalu paling telat dijemput daripada murid lainnya. semoga saja dia masih ada disana.
                Keno segera mengambil sepedanya dan bergegas pergi meninggalkan teman temannya. Dia belum membeli kado apapun untuk Inka sedangkan tempat yang menjual eksesoris dan boneka berada jauh dari sekolah dan tempat kursusnya. Dia takut Inka akan lebih dulu pulang.
                Langit terlihat mendung dan gelap. Keno melewati jalan pintas menuju tempat kursusnya. Ia melewati perumahan perumahan yang terletak dibelakang sekolahnya.
Tiba tiba sesuatu menghentikan laju sepedanya. Sesuatu yang cantik, sama seperti Inka.
                Bungan matahari itu tumbuh mekar disebuah pekarangan sebuah rumah. Memperindah halaman yang sudah tertata rapi. Keno suka sekali melihat bunga itu. Cantik, elegan, persis seperti Inka. Mereka sama sama telah mencuri hatinya.
Keno celingukan melihat kesekelilingnya. Dan keadaan sepi aman terkendali.
Ia memetik bunga matahari yang paling besar dan cantik yang kebetulan tumbuh kearah luar pagar sehingga ia tidak perlu memetiknya dari dalam.
Sebelum ada yang tahu bahwa dirinya sudah mencuri bunga itu, Keno segera mengayuh sepedanya. Terlalu bersemangat dengan bunga matahari yang ada digenggamannya.
                Tapi tiba tiba hujan yang berawal hanya rintik rintik kecil berubah menjadi deras. Keno basah kuyup, tapi dia tidak perduli. Jarak tempat kursus tidak jauh lagi. Dia tidak akan membiarkan hujan menghalangi perasaannya. Perasaan yang harus dia ungkapkan sekarang. Dan ucapan selamat ulang tahun yang sudah ia persiapkan.
                Tak berapa lama Keno sampai didepan pintu gerbang tempat kursus, ia tidak berani langsung masuk kedalam. Ia menarik napas sejenak sebelum memutuskan untuk masuk. Setelah merasa lebih baik dan tidak gugup lagi, Keno melangkahkan kakinya menuju pintu gerbang.
                Wajahnya sumringah saat melihat Inka masih ada disana, tapi begitu juga dengan perasaan sakit yang tiba tiba datang mengepung hatinya.
                Inka ada disana, ditempat duduk yang biasa dia duduki sambil menunggu jemputan. Tapi disampingnya juga ada seorang cowok yang datang memberikan setangkai mawar padanya. Mawar merah yang cantik, yang sudah dikemasnya sebaik mungkin.
                Inka terlihat sangat senang hingga tidak bisa menyembunyikan senyum manisnya yang terus terpancar dari wajahnya. Mereka berdua berteduh dari derasnya hujan, mengobrol dan tertawa. Inka merasa sangat kedinginan, ia tidak membawa jaket karena tidak menduga akan turun hujan. Cowok itu segera menggenggam tangan Inka, memberikan sedikit rasa hangatnya. Inka tersipu malu, wajahnya merona merah. Dia terlihat sangat bahagia. Ya, bahagia sekali.
                Keno terpaku ditempatnya berdiri, membiarkan hujan mengguyur dirinya membawa segala perasaan yang selama ini tertanam dalam hatinya.
Sesak, ada perasaan tak nyaman menggeluti dirinya. Ada orang lain yang lebih dulu ada disamping mataharinya. Orang yang mungkin lebih pantas untuknya dan orang yang tuntunya lebih punya keberanian untuk menyatakan perasaannya daripada hanya cukup memendam saja.
                Keno benar benar merasa hancur. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Pemandangan itu sungguh menyakitkan bagi dirinya. Ada orang lain yang telah membuat Inka merasa bahagia walau hanya dengan perhatian perhatian kecil yang romantis, dan itu bukan dirinya.
                Keno menatap bunga matahari yang ada ditangannya. Mengakatnya keatas dan menyandingkannya dengan Inka yang sedang tertawa. Mereka sangat cantik. Tak ada celah untuk tidak memujinya.
                “Seharusnya aku tahu, bunga mawar itu jauh lebih pantas untuk Inka dibandingkan kamu “ kata Keno berbicara pada bunga matahari itu. Kelopaknya terlihat lebih cantik terkena tetesan hujan. “tapi kalian sama sama cantik. Kamu enggak kalah cantik kok dari bunga mawar itu. Karna kamu lebih cocok untuk Inka dibandingkan mawar merah itu. Iya kan ? “. Keno kembali berbicara pada bunga matahari itu untuk menghibur dirinya,ia kembali menatap Inka dan meletakkan bunga matahari itu disamping bayangan Inka.
                “Walaupun dia milik orang lain, dia bakal tetap jadi matahariku” bisik Keno menatap dua makhluk cantik itu.
                Hujan mereda. Cowok yang tadi bersama Inka lebih dulu pergi meninggalkannya. Inka masih tetap disana, masih tersipu malu menatap mawar yang ada ditangannya, sedangkan Keno masih belum beranjak dari tempatnya. Masih menemani Inka dari kejauhan sampai jemputannya datang.
                Keno merelakan semua perasaanya yang sudah hancur. Sakit ini cukup ia pendam sendiri, karena dari awal rasa suka itupun ia pendam sendiri. Tak ada lagi niat untuk mengutarakan perasaannya pada Inka, perasaan ini cukup menjadi rahasianya dengan Tuhan dan bunga matahari itu. Perasaan yang tidak pernah tersampaikan dan perasaan yang tidak pernah terbalaskan. Sebuah cerita klasik bagi seseorang yang hanya berani mengagumi dari kajauhan, memendam rasa diam diam, dan dikalahkan oleh waktu yang memaksa dan tidak ingin menunggu.
                Jemputan Inka datang. Gadis itu melangkah kedalam mobil dengan perasaan riang. Senyum dari bibirnya masih merekah indah disana. Keno ikut tersenyum melihat perasaan bahagia itu, walaupun hatinya masih terasa sangat sakit. Tapi asalkan masih bisa melihat senyum gadis itu apapun akan dia relakan, termasuk perasaannya yang belum tersampaikan.
                Hujan sudah berhenti, matahari senja perlahan muncul dari pekatnya awan mendung yang menyelimuti langit. Semburat warna jingga oranyenya benar benar indah melukis langit sore.
Keno mengayuh sepedanya perlahan melewati  jalanan sepi menuju rumahnya.
Bunga matahari itu masih digenggamannya. Masih terlihat cantik walaupun sudah terbagi rasa sakit dan kecewa Keno.
                Keno menikmati suasana sore itu, membiarkan angin menerobos pertahanannya, membelai rambut hitamnya, dan menyentuh lembut wajahnya. Melepaskan semua perasaan yang selama ini belum  ia sampaikan.
                Bunga matahari itu diangkat tinggi tinggi hingga menutupi matahari yang menyala terang memberi kesejukan. Matahari yang sudah mencuri hatinya sekaligus memberi sedikit luka sayatan pada harapannya.
                “Matahariku bukan milikku “ ucap Keno dan membiarkan kelopak matahari itu gugur dan terbang tertiup angin.

1 komentar: